Jumat, 21 Oktober 2011

Paper 2.

Paper 2

Shift Paradigm

Nama : Isti Hana Fatimah 
Npm : 28111180
Kelas : 1KB01

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2011

Shift Paradigm ( Pola Pikir )

Pada tahun 1962, Thomas Kuhn menulis Struktur Revolusi Ilmiah, dan ayah, didefinisikan dan mempopulerkan konsep “pergeseran paradigma” (hal.10). Kuhn berpendapat bahwa kemajuan ilmiah tidak evolusioner, melainkan adalah “serangkaian selingan damai diselingi oleh intelektual revolusi kekerasan”, dan dalam revolusi “satu pandangan dunia konseptual digantikan oleh yang lain”.
Pikirkan Pergeseran Paradigma sebagai perubahan dari satu cara berpikir yang lain. Ini sebuah revolusi, suatu transformasi, semacam metamorfosis. Hanya saja tidak terjadi, tapi lebih didorong oleh agen perubahan.
Sebagai contoh, pertanian mengubah masyarakat primitif awal. Indian primitif ada selama berabad-abad jelajah bumi terus berburu dan mengumpulkan makanan musiman dan air. Namun, pada tahun 2000 SM, Amerika Tengah adalah pemandangan desa yang sangat kecil, masing-masing dikelilingi oleh ladang jagung merata dan sayuran lainnya.
Agen perubahan membantu menciptakan pergeseran paradigma-teori ilmiah yang bergerak dari sistem Ptolemeus (bumi di pusat alam semesta) ke sistem Copernican (matahari di pusat alam semesta), dan bergerak dari fisika Newton ke Relativitas dan Quantum fisika. Kedua gerakan akhirnya mengubah pandangan dunia. Transformasi-transformasi ini adalah bertahap sebagai keyakinan lama digantikan oleh paradigma baru menciptakan “suatu gestalt baru” (hal. 112).
Science and paradigm shift (Sains dan pergeseran paradigma)
Sebuah tafsir umum dari paradigma adalah keyakinan bahwa penemuan pergeseran paradigma dan sifat dinamis ilmu pengetahuan (dengan banyak kesempatan untuk penilaian subjektif oleh para ilmuwan) adalah kasus untuk relativisme: [2] pandangan bahwa semua jenis sistem kepercayaan yang sama . Kuhn menolak keras interpretasi dan menyatakan bahwa ketika sebuah paradigma ilmiah diganti dengan yang baru, walaupun melalui proses sosial yang kompleks, yang baru selalu lebih baik, tidak hanya berbeda.
Klaim-klaim relativisme, bagaimanapun, terkait dengan yang lain mengklaim bahwa Kuhn tidak setidaknya agak mendukung: bahwa teori-teori bahasa dan paradigma yang berbeda tidak dapat diterjemahkan ke dalam satu sama lain atau rasional dievaluasi terhadap satu sama lain – bahwa mereka tidak dapat dibandingkan. Hal ini melahirkan banyak pembicaraan masyarakat dan budaya yang berbeda memiliki pandangan dunia secara radikal berbeda atau skema konseptual – begitu berbeda bahwa apakah atau tidak seorang pun lebih baik, mereka tidak bisa dimengerti oleh satu sama lain. Namun, filsuf Donald Davidson menerbitkan sebuah esai yang sangat dihormati pada tahun 1974, “Pada Ide Sangat dari sebuah Skema Konseptual,” dengan alasan bahwa gagasan bahwa setiap bahasa atau teori bisa dapat dibandingkan dengan satu sama lain itu sendiri tidak koheren. Jika ini benar, klaim Kuhn harus diambil dalam arti lebih lemah dari mereka sering. Selanjutnya, analisis memegang Kuhnian pada ilmu sosial telah lama renggang dengan aplikasi luas multi-paradigmatik pendekatan untuk memahami perilaku manusia yang kompleks (lihat misalnya Yohanes Hassard, Sosiologi dan Teori Organisasi. Positivisme, Paradigma dan Postmodernitas. Cambridge University Press 1993..)
Pergeseran paradigma cenderung menjadi yang paling dramatis dalam ilmu-ilmu yang tampaknya stabil dan matang, seperti dalam fisika di akhir abad ke-19. Pada saat itu, fisika tampaknya disiplin mengisi beberapa rincian terakhir dari sebuah sistem yang sebagian besar bekerja-keluar. Pada tahun 1900, Lord Kelvin terkenal menyatakan, “Tidak ada yang baru harus ditemukan dalam fisika sekarang Semua yang tersisa adalah pengukuran yang lebih dan lebih tepat..” Lima tahun kemudian, Albert Einstein menerbitkan kertas pada relativitas khusus, yang menantang set sangat sederhana aturan yang ditetapkan oleh mekanika Newton, yang telah digunakan untuk menggambarkan gaya dan gerak selama lebih dari dua ratus tahun.
Dalam Struktur Scientific Revolutions, Kuhn menulis, “transisi dari satu paradigma Berturutan ke yang lain melalui revolusi adalah pola perkembangan yang biasa ilmu pengetahuan dewasa.” (Hal. 12) gagasan Kuhn itu sendiri revolusioner dalam waktu, karena menyebabkan perubahan besar dalam cara yang akademisi berbicara tentang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa itu disebabkan atau itu sendiri bagian dari “pergeseran paradigma” dalam sejarah dan sosiologi ilmu pengetahuan. Namun, Kuhn tidak akan mengenali seperti pergeseran paradigma. Berada di ilmu sosial, orang masih bisa menggunakan ide-ide sebelumnya untuk membahas sejarah ilmu pengetahuan.
Filsuf dan sejarawan ilmu pengetahuan, termasuk Kuhn sendiri, akhirnya diterima versi modifikasi dari model Kuhn, yang mensintesis tampilan asli dengan model gradualis yang mendahuluinya. Model asli Kuhn sekarang umumnya dipandang sebagai terlalu terbatas.
Contoh pergeseran paradigma dalam ilmu alam
Beberapa “kasus klasik” ​​dari pergeseran paradigma dalam ilmu Kuhnian adalah:
• Transisi dalam kosmologi dari kosmologi Ptolemeus untuk satu Copernican.
• Transisi di optik geometris dari optik ke optik fisik.
• Transisi dalam mekanika dari mekanika Aristotelian untuk mekanika klasik.
• Penerimaan dari teori biogenesis, bahwa semua kehidupan berasal dari kehidupan, yang bertentangan dengan teori generasi spontan, yang dimulai pada abad ke-17 dan tidak selesai sampai abad ke-19 dengan Pasteur.
• Penerimaan dari karya Andreas Vesalius, yang karyanya De Humani Corporis fabrica mengoreksi banyak kesalahan dalam sistem yang sebelumnya dipegang dibuat oleh Galen.
• Penerimaan Non-Euclidean geometri sebagai sama-sama berlaku dengan geometri Euclidean.
• Transisi antara elektromagnetik Maxwell pandangan dunia dan pandangan dunia relativistik Einstein.
• Transisi antara pandangan dunia Newtonian dan pandangan dunia fisika relativistik Einstein.
• Pengembangan Mekanika kuantum, yang merumuskan kembali Mekanika klasik.
• Penerimaan dari Lempeng tektonik sebagai penjelasan untuk skala besar perubahan geologi.
• Pengembangan mutlak kencan
• Penerimaan dari teori Lavoisier reaksi kimia dan pembakaran di tempat teori phlogiston, yang dikenal sebagai Revolusi Kimia.
• Penerimaan dari pewarisan Mendel, sebagai lawan pangenesis di awal abad 20
Contoh pergeseran paradigma dalam ilmu sosial
Dalam pandangan Kuhn, keberadaan paradigma memerintah tunggal adalah karakteristik dari ilmu pengetahuan, sementara filsafat dan banyak ilmu sosial yang ditandai dengan [3] “tradisi klaim, counterclaims, dan perdebatan lebih fundamental.” Orang lain telah menerapkan konsep Kuhn tentang pergeseran paradigma dalam ilmu sosial.
• Gerakan, yang dikenal sebagai revolusi kognitif, jauh dari pendekatan behavioris untuk mempelajari psikologis dan penerimaan kognisi sebagai pusat untuk mempelajari perilaku manusia.
• Revolusi Keynesian adalah biasanya dipandang sebagai pergeseran besar dalam makroekonomi [4] Menurut John Kenneth Galbraith., Hukum Say didominasi ekonomi berpikir sebelum Keynes untuk lebih dari satu abad, dan pergeseran ke Keynesianisme sulit. Ekonom yang bertentangan dengan hukum, yang disimpulkan bahwa pengangguran dan rendahnya investasi (ditambah dengan oversaving) yang hampir mustahil, berisiko kehilangan karir mereka [5] Dalam magnum opus-nya, Keynes dikutip salah seorang pendahulunya, JA Hobson, [6] yang berulang kali. menyangkal posisi di universitas untuk teori bid’ahnya.
• Kemudian, gerakan untuk monetarisme lebih dari Keynesianisme menandai pergeseran memecah belah kedua. Monetaris berpendapat bahwa kebijakan fiskal tidak efektif untuk menstabilkan inflasi, bahwa itu adalah semata-mata merupakan fenomena moneter, berbeda dengan pandangan Keynesian saat itu adalah bahwa kebijakan baik fiskal dan moneter sangat penting. Keynesian kemudian diadopsi banyak pandangan monetaris dari teori kuantitas uang dan pergeseran kurva Philips, teori mereka awalnya menolak [7].
[Sunting] Sebagai pemasaran berbicara
Di bagian akhir tahun 1990-an, muncul ‘pergeseran paradigma’ sebagai sebuah kata kunci, yang dipopulerkan sebagai pemasaran berbicara dan muncul lebih sering di cetak dan publikasi [8] Dalam bukunya, Pikiran kejanggalan itu., Penulis menyarankan pembaca Larry Trask untuk menahan diri dari menggunakan , dan untuk menggunakan hati saat membaca apapun yang mengandung frase. Hal ini disebut dalam beberapa artikel dan buku [9] [10] sebagai disalahgunakan dan digunakan secara berlebihan ke titik menjadi berarti.
[Sunting] Kegunaan lain
The “pergeseran paradigma” istilah telah menemukan menggunakan dalam konteks lain, mewakili gagasan perubahan besar dalam pola pikir-tertentu – perubahan radikal dalam keyakinan pribadi, sistem yang kompleks atau organisasi, menggantikan cara berpikir mantan atau mengorganisir dengan radikal yang berbeda cara berpikir atau mengatur:
• Handa, ML, seorang profesor sosiologi dalam pendidikan di Oise Universitas Toronto, Kanada, mengembangkan konsep paradigma dalam konteks ilmu sosial. Dia mendefinisikan apa yang dia maksud dengan “paradigma” dan memperkenalkan gagasan “paradigma sosial”. Selain itu, ia mengidentifikasi komponen dasar dari setiap paradigma sosial. Seperti Kuhn, ia membahas masalah perubahan paradigma, proses dikenal sebagai “pergeseran paradigma.” Dalam hal ini, ia berfokus pada keadaan sosial yang memicu pergeseran tersebut. Relatedly, dia membahas bagaimana pergeseran yang mempengaruhi lembaga-lembaga sosial, termasuk lembaga pendidikan. [Kutipan diperlukan]
• Konsep ini telah dikembangkan untuk teknologi dan ekonomi dalam identifikasi baru tekno-ekonomi sebagai perubahan paradigma dalam sistem teknologi yang memiliki pengaruh besar pada perilaku seluruh perekonomian (Carlota Perez; karya sebelumnya hanya pada paradigma teknologi oleh Giovanni Dosi) . Konsep ini dikaitkan dengan ide Schumpeter penghancuran kreatif. Contohnya termasuk pindah ke produksi massal, dan pengenalan mikroelektronika. [Kutipan diperlukan]
• Di arena ilmu politik, konsep tersebut telah diterapkan pada etos perang. Biologi evolusi Tangan Judith, dalam sebuah makalah berjudul “Untuk Memusnahkan Perang,” berpendapat bahwa pergeseran paradigma mungkin dari etos global yang beroperasi pada asumsi bahwa perang merupakan aspek yang tak terelakkan dari sifat manusia untuk suatu etos global yang menolak perang dalam keadaan apapun.
• Dua foto Bumi dari ruang angkasa, “Earthrise” (1968) dan “The Blue Marble” (1972), diperkirakan telah membantu untuk mengantarkan dalam gerakan lingkungan yang menjadi terkenal besar di tahun-tahun segera setelah distribusi gambar-gambar.

            Setiap orang memiliki pola pikir yang berbeda. Pola pikir adalah gabungan dari dua buah kata yaitu “pola” dan “pikir”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pola sendiri memilki definisi system atau cara kerja,  pikir memiliki definisi akal atau ingatan. Sedangkan, akal atau ingatan berasal dari otak. Jadi, bila kedua kata tersebut digabungkan dapat bermakna sebuah system atau cara kerja yang diatur oleh otak kemudian disimpan oleh otak dan disebarkan ke seluruh tubuh sebagai acuan dalam bertindak dan sebagai pembentukan karakter. Karena otak ada sistem saraf dan system saraf adalah pusat pengendalian pergerakan tubuh.
Seseorang akan dapat merubah dunia ini jika ia mampu mengubah dirinya sendiri. Untuk dapat menciptakan budaya yang sehat dan positif di dalam lingkungan sekitar kita, maka diri kita juga dituntut untuk bersikap lebih positif. Jadi setiap perubahan mestinya dimulai dari dalam diri kita sendiri, dan yang pertama kali harus diubah adalah pola berpikir kita. Sikap dan pola berpikir sangat erat kaitannya.

Dr. William James, Father of America psychology, mengatakan : "We can alter our lives by altering our altitudes – Manusia dapat mengubah kehidupannya dengan mengubah sikap dan cara berpikirnya." Orang yang terbiasa berpikir positif selalu menemukan solusi-solusi cerdas. Sebab pikiranyang positif dapat bekerja secara sederhana, mencari ide dan segala kemungkinan untuk berhasil.

Contohnya tentang sebuah kisah antara seorang ayah dan anak :
Suatu hari sang ayah sengaja membawa pekerjaan kantor ke rumah supaya semua tugas pekerjaan dapat segera dituntaskan. Tetapi sesampainya di rumah, anaknya merengek terus mengajaknya bermain. Sang ayah keberatan memenuhi permintaan anaknya, maka dicarilah akal supaya anaknya diam dan ia mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan pekaerjaannya.

Pada saat itu, ia melihat sebuah majalah yang memuat peta dunia. Muncullah ide untuk menggunting peta dunia tersebut menjadi beberapa bagian. Setelah itu, sang ayah memberikan potongan-potongan peta dunia itu kepada anaknya seraya berkata, “Nak, kalau kamu sudah selesai menyatukan potongan-potongan kertas ini, maka ayah akan menemanimu bermain.”

Sang ayah berpikir bahwa pekerjaan menyatukan potongan peta dunia itu akan sulit sekali dan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Sehingga ia dapat leluasa menggunakan jeda waktu tersebut untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Tetapi tidak lama kemudian, sekitar 5 menit, sang anak sudah kembali kepada ayahnya sambil memberikan potongan-potongan peta dunia yang telah disatukan. Sang ayah tercengang, “Hah, mana mungkin anak sekecil ini sudah tahu dimana letak America, Afrika. Dan Eropa, Aneh sekali?” Karena potongan peta itu benar-benar terletak pas pada posisi yang seharusnya.

Maka dengan penuh keheranan sang ayah bertanya kepada anaknya : “Bagaimana kamu bisa melakukannya ?” Keheranan sang ayah terjawab, tatkala anak itu berkata, “Tidak sulit, Ayah, menggabungkan potongan-potongan kertas itu. Karena dibalik gambar peta itu ada gambar kepala manusia. Jadi saya benarkan saja kepala manusianya, makabenarlah gambar dunia ini.”

Anak kecil itu sanggup menyelesaikan soal yang sulit sebab ia berpikir secara sederhana saja. Tidak ada prasangka, keinginan untuk dipuji, kebencian dan pikiran negatif lain yang mempengaruhi anak tersebut. Ternyata begitu mudah menemukan solusi cerdas yang mempermudah kehidupan kita dengan berpikir positif. Jadi apa salahnya kita menerima setiap kenyataan apa adanya, dan memandang sisi positif untuk menemukan solusi cerdas berikutnya. Tanyakan pula, apa ruginya berpikir positif, dan apa untungnya selalu berpikir negatif?

Sama sekali tidak ada keuntungan bila kita hanya memikirkan sisi negatif dari setiap kenyataan yang harus kita terima. Yang ada hanyalah belenggu, yang menyebabkan kita tidak tenang bekerja dan menghambat kemajuan. Dengan berpikir positif maka kita akan menemukan banyak sekali jalan keluar. Sebaliknya, bila kita berpikir negatif maka kita akan selalu menemukan halangan. John Wooden, mantan pelatih basket UCLA, menegaskan, “Segalanya ternyata paling baik bagi orang-orang yang memetik manfaat dari bagaimana segalanya terjadi.
            Apapun kelainan yang dipunyai oleh seseorang, pada dasarnya mereka adalah sama seperti kebanyakan orang. Didalam tubuh mereka terdapat proses kimia yang sewaktu waktu dapat menjadi tidak seimbang sehingga perilaku mereka berubah. Neuro-transmittal mereka menjadi tidak seimbang sehingga membuat mereka menjadi tidak dapat mengendalikan diri, terobsesi, depresi, maniak dan labil. Seperti kebanyakan orang mereka dapat pula mengembangkan pola pikir/ persepsi yang dapat bermanfaat ataupun merugikan mereka sendiri. Untuk dapat membaca pola pikir seseorang, kita tidak selalu memerlukan bahasa verbal. Ada yang namanya bahasa perilaku. Tanpa disadari lingkungan sekitar kita dapat membentuk pola pikir negatif yang dapat merusak diri sendiri.

Seseorang dapat menjadi marah atau depresi karena berbagai macam faktor seperti faktor sosial, keadaan emosi, cara berkomunikasi, perilaku, melakukan diet dan minum suplemen / obat-obatan.

Pola berpikir seseorang biasanya mengikuti cara pola berpikir kebanyakan orang yaitu pola pikir mengejar perhargaan/ membela diri/ membuat alasan2/ mengucilkan diri, dll.

5 pola pikir untuk merajut masa depan yang lebih sempurna
Jarum jam terus berderak dan berdentang. Dan dalam laju perjalanan sejarah itu, kita semua diminta untuk bisa terus tumbuh dan berkembang. Tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang nan unggul. Berkembang menjadi manusia - manusia yang mulia nan bermartabat. Sebab pada akhirnya : bukankah kita semua diciptakan untuk “menjadi khalifah-khalifah terbaik di muka bumi”?
Pertanyaannya sekarang adalah : jikalau memang kita mesti menjadi manusia-manusia unggul nan mulia, lalu pola pikir terbaik apa yang mesti dicengkram untuk merajut masa depan yang indah nan tercerahkan? Untuk menjawab pertanyaan ini, saya ingin mengajak Anda semua melakukan ziarah pada lima elemen pola pikir (minds) yang diyakini merupakan modal penting untuk membangun keunggulan.
Lima pola pikir ini sendiri sejatinya digagas oleh Howard Gardner melalui salah satu bukunya yang memikat bertajuk Five Minds for the Future. Gardner sendiri merupakan pakar psikologi yang dikenal luas karena dia-lah orang yang pertama kali memperkenalkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Melalui serangkaian riset yang ekstensif, Gardner menyimpulkan adanya lima jenis pola pikir yang akan memiliki peran makin penting dalam perjalanan sejarah masa depan.
five-minds-cover-resize.jpgPola pikir yang pertama adalah disciplined mind (pikiran terdisiplin) atau suatu perilaku kognisi yang mencirikan disiplin ilmu, ketrampilan, atau profesi tertentu. Seorang praktisi yang menekuni dunia bisnis dan manajemen misalnya, setidaknya mesti menguasai ilmu dan ketrampilan yang solid dalam bidang tersebut. Demikian pula, semua profesional lainnya – entah arsitek, ahli komputer, perancang grafis – harus menguasai jenis-jenis pengetahuan dan ketrampilan kunci yang membuat mereka layak menjadi bagian dari profesi mereka masing-masing. Esensi dari pola pikir yang pertama ini adalah : untuk benar-benar menjadi manusia yang profesional, kita mestinya menguasai secara tuntas, komprehensif, mendalam dan terdisiplin satu bidang pengetahuan/ketrampilan tertentu.
Pola pikir yang kedua adalah : synthesizing mind (pikiran mensintesa). Atau juga pola untuk mencerap informasi dari beragam sumber, memahami, mensintesakannya, dan lalu meraciknya menjadi satu pengetahuan baru yang powerful. Kecakapan dalam melakukan sintesa ini tampaknya menjadi kian penting terutama ketika banjir informasi kian deras mengalir melalui beragam media : televisi, media cetak, dan dunia online. Dan sialnya, bongkahan informasi yang deras mengalir itu acap dipenuhi dengan informasi sampah (junk information). Tanpa kecapakan memilah dan mensintesakan beragam informasi itu, percayalah, kita bisa tergelincir dan tenggelam dalam lautan informasi. Information overload, demikian Alvin Toffler pernah menyebutnya beberapa tahun silam (lewat bukunya yang legendaris itu, The Third Wave).
Pola pikir yang ketiga adalah creating mind (pikiran mencipta). Pikiran ini menggedor kita untuk senantiasa merekahkan ide-ide baru, membentangkan pertanyaan-pertanyaan tak terduga, menghamparkan cara-cara berpikir baru, dan sekaligus memunculkan unexpected answers. Pola pikir inilah yang akan membawa kita masuk dalam wilayah-wilayah baru yang menjanjikan harapan dan peluang untuk direngkuh dan dimanfaatkan. Pola pikir inilah yang akan membuat kita mampu berpikir secara lateral (out of the box) dan bukan sekedar berpikir linear mengikuti jalur konvensional yang acap hanya akan membuat kita stagnan. Dan pola pikir inilah yang akan menemani kita untuk bergerak maju, progresif, demi terciptanya sejarah hidup yang positif dan bermakna (meaningful life).
Pola pikir berikutnya adalah respectful mind (pikiran merespek). Atau sebuah pola pikir untuk menyambut perbedaan pandangan dengan sukacita, dan bukan dengan sikap saling curiga. Sebuah pola pikir yang akan membuat kita terhindar dari anarki akibat pemaksaan kepentingan. Sebuah pola pikir yang senantiasa mengajak kita untuk merayakan keragaman pandangan dan sekaligus menghadirkan empati nan teduh bagi pendapat/pikiran orang lain – meski pendapat itu mungkin berbeda dengan yang kita hadirkan.
Dan pola pikir yang terakhir atau kelima yang juga amat dibutuhkan adalah ethical mind (pikiran etis). Inilah pola pikir yang terus membujuk kita untuk berikhtiar membangun kemuliaan dan keluhuran dalam kehidupan personal dan profesional kita. Sebab pada akhirnya, bagaimana mungkin kita akan menjadi “umat terbaik di muka bumi” jika keluhuran nilai-nilai etika kita penuh dengan debu, robek dan usang?
Demikianlah, lima pola pikir yang barangkali mesti selalu kita injeksikan dalam segenap ranah kognisi kita. Sebab dengan itulah, kita lalu bisa menyimpan sepenggal asa untuk membentangkan masa depan yang indah nan tercerahkan.
Mengintip 4 pola pikir orang sukses
Sukses tidak ditentukan oleh nasib

Nasib seseorang sangat dipengaruhi oleh semua tindakan yang dilakukannya. Tentu saja tindakan-tindakan itu dimotori oleh pola pikirnya. Menjadi orang sukses dan kaya atau menjadi orang gagal dan miskin bukanlah karena nasib, melainkan karena pola pikir dan tindakannya yang berakibat pada keadaan sekarang. Untuk menjadi sukses dan kaya, orang harus berkemauan keras dan berusaha secara konsisten dari waktu ke waktu. Untuk mencapai sukses yang besar, Anda harus meniru cara berpikir  dan cara kerja orang sukses, yaitu mulai dengan sukses-sukses kecil setiap waktu dan dilandasi banyak kemampuan yang akan mempermudah jalan menunju sukses dan kaya.

Sukses adalah suatu kebiasaan

Orang sukses menjadi sukses sebagai suatu kebiasaan yang harus dijalani. Baginya, sukses bukanlah suatu destinasi (tujuan akhir), melainkan suatu proses perjalanan. Setiap keputusan dan tindakan jitu yang Anda lakukan sudah merupakan sukses. Dalam perjalanan hidup sehari-hari, Anda akan banyak mendapatkan sukses-sukses yang terkumpul menjadi sukses besar. Sukses besar tidak dihasilkan hanya dari satu keputusan dan satu tindakan saja, melainkan merupakan akumulasi dari setiap sukses yang Anda peroleh sehari-hari. Dengan demikian, sukses adalah suatu kebiasaaan positif di dalam hidup seseorang.

Kegagalan adalah bagian dari sukses

Orang sukses memandang kegagalan yang dialaminya sebagai bagian dari kesuksesan, sehingga tidak seharusnya membuatnya jera dan menghalangi peluang sukses di masa yang akan datang. Kegagalan hanyalah suatu kesuksesan yang tertunda. Justru dengan suatu kegagalan yang dialaminya ia akan bertambah pengalaman, aman, dan bertambah matang. Ia bertambah gigih dan berhasil. Sebaliknya, orang gagal akan memadang pengalaman gagalnya sebagai suatu trauma yang membuatbnya jera dan takut untuk memulai lagi.
 
Orang sukses selalu berorentasi kepada solusi

Dalam hidup, orang yang tidak akan pernah lepas dari masalah. Orang sukses meyakini bahwa di bakluik suatu nmasalah pasti ada peluang dan solusinya. Pola pikir seperti inilah yang membuatnya tahan uji dan tak mudah menyetah. Sebalinya, otang gagal akan mendang adanya masalah di setiap solusi yang dibuat. Akibatnya, ia cenderung pesimistis dalam menanggapi setiap peluang,. Ia lebih memilih status quo yang dirasa paling aman baginya. Orang gagal biasanya takut nmebcobva. Baginya lebih baik berdiam diri daripada mencoba dan gagal.

Sumber :


Paper 1.

Paper 1

Ilmu dan Pengetahuan

Nama : Isti Hana Fatimah 
Npm : 28111180
Kelas : 1KB01

Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
Universitas Gunadarma
2011

Ilmu dan Pengetahuan

Ilmu dan pengetahuan adalah sebuah kata yang yang memiliki arti yang hampir sama. Dan sulit untuk membedakannya. Namun sebenarnya kata tersebut memiliki definisi yang berbeda. Berikut penjelasannya..
ILMU
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Etimologi
Kata ilmu dalam bahasa Arab "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan sebagainya.
Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1.   Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2.   Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.   Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4.   Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Filsafat ilmu
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Konsep dan pernyataan ilmiah
Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.

Empirisme

Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.

Falsifiabilitas

Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela maka ilmu juga bisa diatikan sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita akan hidup dalam sebuah kegelapan yang tanpa  berujung. Oleh karena itu penting bagi kita untuk selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti perkembangan jaman tanpa dihantui rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita miliki.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi ilmu menurut beberapa ahli:

 1. M. IZUDDIN TAUFIQ
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya
2.  THOMAS KUHN
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya
3. Dr. MAURICE BUCAILLE
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.
4.  NS. ASMADI
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)
5. POESPOPRODJO
Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji empiris
6.  MINTO RAHAYU
Ilmu adalah pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dan berlaku umum, sedangkan pengetahuan adalah pengalaman yang bersifat pribadi/kelompok dan belum disusun secara sistematis karena belum dicoba dan diuji
7.  POPPER
ilmu adalah tetap dalam keseluruhan dan hanya mungkin direorganisasi.
8. DR. H. M. GADE
Ilmu adalah falsafah. yaitu hasil pemikiran tentang batas-batas kemungkinan pengetahuan manusia
9. FRANCIS BACON
Ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid dan hanya fakta-fakta yang dapat menjadi objek pengetahuan
10. CHARLES SINGER
Ilmu adalah suatu proses yang membuat pengetahuan (science is the process which makes knowledge)
      11. Mohamad Hatta
      Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
      12. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag
       ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan ke empatnya serentak.
      13.  Karl Pearson
      Ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
      14. Ashley Montagu
      Ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
      15. Harsojo
      Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan dan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Lebih lanjut ilmu didefinisikan sebagai suatu cara menganalisis yang mengijinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk : “ jika .... maka “.
      16. Afanasyef
      Ilmu adalah manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, katagori dan hukum-hukum, yang ketetapannya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.

      PENGETAHUAN
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan proseduryang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah Berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki.
Jenis Pengetahuan
Khususnya dalam pokok bahasan Manajemen Pengetahuan, terdapat dua jenis utama pengetahuan bila dilihat dari perihal eksplisitasnya:

Pengetahuan Implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan diam seseorang biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lesan. Kemampuan berbahasa, mendesain, atau mengoperasikan mesin atau alat yang rumit membutuhkan pengetahuan yang tidak selalu bisa tampak secara eksplisit, dan juga tidak sebegitu mudahnya untuk mentransferkannya ke orang lain secara eksplisit.
Contoh sederhana dari pengetahuan implisit adalah kemampuan mengendara sepeda. Pengetahuan umum dari bagaimana mengendara sepeda adalah bahwa agar bisa seimbang, bila sepeda oleh ke kiri, maka arahkan setir ke kanan. Untuk berbelok ke kanan, pertama belokkan dulu setir ke kiri sedikit, lalu ketika sepeda sudah condong ke kenan, belokkan setir ke kanan. Tapi mengetahui itu saja tidak cukup bagi seorang pemula untuk bisa menyetir sepeda.
Seseorang yang memiliki pengetahuan implisit biasanya tidak menyadari bahwa dia sebenarnya memilikinya dan juga bagaimana pengetahuan itu bisa menguntungkan orang lain. Untuk mendapatkannya, memang dibutuhkan pembelajaran dan keterampilan, namun tidak lantas dalam bentuk-bentuk yang tertulis. Pengetahuan implisit seringkali berisi kebiasaan dan budaya yang bahkan kita tidak menyadarinya.

 

Pengetahuan Eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata berupa media atau semacamnya. Dia telah diartikulasikan ke dalam bahasa formal dan bisa dengan relatif mudah disebarkan secara luas. Informasi yang tersimpan di ensiklopedia (termasuk Wikipedia) adalah contoh yang bagus dari pengetahuan eksplisit.
Bentuk paling umum dari pengetahuan eksplisit adalah petunjuk penggunaan, prosedur, dan video how-to. Pengetahuan juga bisa termediakan secara audio-visual. Hasil kerja seni dan desain produk juga bisa dipandang sebagai suatu bentuk pengetahuan eksplisit yang merupakan eksternalisasi dari keterampilan, motif dan pengetahuan manusia.
Bagaimana membuat pengetahuan implisit menjadi eksplisit merupakan fungsi utama dari strategi Manajemen Pengetahuan.

Pengetahuan empiris

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukanpengamatan yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Pengetahuan rasionalisme

Pengetahuan rasionalisme adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal budi. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan

Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:

Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

Informasi

Pengertian informasi menurut Oxford English Dictionary, adalah "that of which one is apprised or told: intelligence, news". Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, gambar, suara, kode, program komputer, basis data. Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan(intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi.

Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dalam common sense informasi tentang suatu fakta jarang disertai penjelasan tentang mengapa dan bagaimana. Common sense tidak melakukan pengujian kritis hubungan sebab-akibat antara fakta yang satu dengan fakta lain. Sedang dalam science di samping diperlukan uraian yang sistematik, juga dapat dikontrol dengan sejumlah fakta sehingga dapat dilakukan pengorganisasian dan pengklarifikasian berdasarkan prinsip-prinsip atau dalil-dalil yang berlaku.
2. Ilmu pengetahuan menekankan ciri sistematik.
Penelitian ilmiah bertujuan untuk mendapatkan prinsip-prinsip yang mendasar dan berlaku umum tentang suatu hal. Artinya dengan berpedoman pada teori-teori yang dihasilkan dalam penelitian-penelitian terdahulu, penelitian baru bertujuan untuk menyempurnakan teori yang telah ada yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sedang common sense tidak memberikan penjelasan (eksplanasi) yang sistematis dari berbagai fakta yang terjalin. Di samping itu, dalam common sense cara pengumpulan data bersifat subjektif, karena common sense sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan.
3. Dalam menghadapi konflik dalam kehidupan, ilmu pengetahuan menjadikan konflik sebagai pendorong untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan berusaha untuk mencari, dan mengintroduksi pola-pola eksplanasi sistematik sejumlah fakta untuk mempertegas aturan-aturan. Dengan menunjukkan hubungan logis dari proposisi yang satu dengan lainnya, ilmu pengetahuan tampil mengatasi konflik.
4. Kebenaran yang diakui oleh common sense bersifat tetap, sedang kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu diusik oleh pengujian kritis. Kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian melalui observasi maupun eksperimen dan sewaktu-waktu dapat diperbaharui atau diganti.
5. Perbedaan selanjutnya terletak pada segi bahasa yang digunakan untuk memberikan penjelasan pengungkapan fakta. Istilah dalam common sense biasanya mengandung pengertian ganda dan samar-samar. Sedang ilmu pengetahuan merupakan konsep-konsep yang tajam yang harus dapat diverifikasi secara empirik.
6. Perbedaan yang mendasar terletak pada prosedur.
Ilmu pengetahuan berdasar pada metode ilmiah. Dalam ilmu pengetahuan alam (sains), metoda yang dipergunakan adalah metoda pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedang ilmu sosial dan budaya juga menggunakan metode pengamatan, wawancara, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Dalam common sense cara mendapatkan pengetahuan hanya melalui pengamatan dengan panca indera.


Dengan pembedaan ini, menjadi jelas bagi kita bahwa tidak hanya ada filsafat ilmu pengetahuan, melainkan juga ada filsafat pengetahuan. Filsafat pengetahuan terutama berkaitan dengan upaya mengkaji segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan manusia pada umumnya, terutama menyangkut gejala pengetahuan dan sumber pengetahuan manusia. Di lain pihak filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
Terlepas dari perbedaan pengetahuan dan ilmu pengetahuan di atas, kedua hal tersebut memiliki hubungan yang sangat erat. Di dalam ilmu pengetahuan ada yang disebut metode ilmiah, yang merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang di sebut ilmu. Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan metode ilmiah.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan ilmu pengetahuan adalah hal yang berbeda namun memiliki hubungan yang erat. Suatu pengetahuan akan menjadi sebuah ilmu apabila telah diuji secara empiris dan disusun secara sistematis dengan menggunakan metode ilmiah.

Tujuan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan mempunyai beberapa tujuan, dan sebagaimana oleh para ilmuwan, tujuan itu dibagi menjadi tujuan secara teoritis dan praktis
·        Secara praktis
Oleh karena ilmu pengetahuan merupakan suatu aktifitas kognitif yang harus mematuhi berbagi kaidah pemikiran yang logis, maka metode ilmiah juga berkaitan sangat erat dengan logika. Dengan demikian, prosedur-prosedur yang tergolong metode logis termasuk dalam pula ruang lingkup metode ilmiah. Ini misalnya ialah deduksi, abstraksi, penalaran analogis, dan analisis analogis.
Selanjutnya, metode ilmiahmeliputi suatu rangkaian langkah yang tertib. Dalam kepustakaan metodologi ilmu tidak ada jesatuan pendapat mengenai jumlah, bentuk, dan urutan langkah yang pasti. Penertian metode tidaj sama pula dengan tehnik. Metode ilmiah adalah berbagai prosedur yang mewujudkan pola-pola dan taat langkah dalam pelaksanaan sesuatu penelitian ilmiah.[1] Pola dan taat langkah dalam pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Pola dan taat langkah procedural itu dilaksanaan dengan cara-cara operasional dan tehnis yang lebih rinci. Cara-cara itulah yang mewujudkan tehnik. Jadi, tehnik adalah sesuatu cara operasional tehnis yang sering sekali bercorak rutin, mekanis, atau spesialistis untuk memperoleh dan menangani data dalam penelitian. Misalnya suatu penelitian terhadap gejala-gejala kemasyarakatan dapat mempergunakan metode survey. Bebagai tehnik yang dilaksanakan pada metode itu antara laim tehnik lapangan (field work), pemeriksaan setempat (investigation), saftar pertanyaan (question naire), dan wawancara (interview). Dalam keilmuwan seprti fisika dan kimia, penelitian terhadap suatu materi dapat menggunakan metode pengukuran, sedang tehnik-tehniknya misalnya ialah tehnik pemasaran atau tehnik tekanan. Berbagai tehnik penelitian itu biasanya memakai pula bantuan macam-macam peralatan (alat-alat peneliitian) seperti terdapat dalam laboratorium.
Demikianlah dalam berbagai bacaan studi ilmu dan filasafat ilmu pengertian ilmu kini oleh sebagian ilmuwan dan filsuf diartikan sebagai metode penyelidikan (method of inquiry).
·        Secara teoritis
Pada dasarnya ilmu adlah sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktifitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani suatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitasa manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapay bermacam-macam sesuai apa yang diharapkan oleh masinh-masing ilmuwan.
Dalam hal ini terjadilah kajamakan atau keanekaan tujuan karena masing-masing ilmuwan merumuskan sesuatu tujuan yang berbeda satu sama lain. Pendapat –pendapat yang berlaianan dari berbagi ilmuwan atau filsuf dapat dikutipka dibawah ini:
a.    Pernyataan Robert Ackermann
kadang-kadang dikatakan bahwa tujuan ilmu ialah mengendalikan alam, dan kadang-kadang ialah untuk memehami alam”.
b.    Francis Bacon berpendapat bahwa “tujuan sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu ialah sumbangan terhadap hidup manusia dengan ciptaan-ciptaan baru dan kekayaan”.
c.    Pendapat Jacob Bronowski bahwa(“tujuan ilmu adalah menemukan apa yang benar mengenai dunia ini. Aktifitas ilmu diarahkan untuk mencari kebenaran, dan ini dinilai dengan ukuran apakah benar terhadap fakta-fakta)”.
d.    Pendapat Mario Bunge
pertama-tama, meningkatkan pengetahuan kita (tujuan intrinsic dan kognitif); kelanjutanya, meningkatkan kesejahteraan dan kekuasaan kita (tujuan-tujuan ekstrinsik atau kemanfaatan).)
e.    Pendapat Enrico Cantore
“tujuannya ialah menentukan struktur yang terpahami dari realitas yang dapat diamati atau alam.)
f.     Menurut Albert Enstein
“tujuan ilmu disatu pihak ialah pemahaman selengkap mungkin mengenai prertalian diantara pengalaman inderawi dalam keseluruhannya, dan pihak lain ialah pencapain tujuan ini dengan pemakain sejumlah minimum pengertian-pengertin dasar dan hubungan-hubungan).

Sumber kutipan :